... baca selengkapnya di Cerita Motivasi dan Inspirasi Nomor 1
Jumat, 27 Desember 2013
CINTA TITIK
... baca selengkapnya di Cerita Motivasi dan Inspirasi Nomor 1
5 EKOR MONYET
... baca selengkapnya di Cerita Motivasi dan Inspirasi Nomor 1
THE GIRL WHO SILENCED THE WORLD FOR 5 MINUTES
... baca selengkapnya di Cerita Motivasi dan Inspirasi Nomor 1
SEPEDA BALAP
... baca selengkapnya di Cerita Motivasi dan Inspirasi Nomor 1
Rabu, 25 Desember 2013
MUNGKIN YA, MUNGKIN TIDAK
... baca selengkapnya di Cerita Motivasi dan Inspirasi Nomor 1
Senin, 23 Desember 2013
MERAYAKAN KEMATIAN
... baca selengkapnya di Cerita Motivasi dan Inspirasi Nomor 1
ANTARA MENJADI EMAS DAN MENJADI ARANG
... baca selengkapnya di Cerita Motivasi dan Inspirasi Nomor 1
Selasa, 17 Desember 2013
PERCAYA KEMAMPUAN DIRI SENDIRI
... baca selengkapnya di Cerita Motivasi dan Inspirasi Nomor 1
LAMPU MERAH
... baca selengkapnya di Cerita Motivasi dan Inspirasi Nomor 1
Sabtu, 14 Desember 2013
KISAH BURUNG PUNG
... baca selengkapnya di Cerita Motivasi dan Inspirasi Nomor 1
KELEDAI TUA
... baca selengkapnya di Cerita Motivasi dan Inspirasi Nomor 1
Jumat, 13 Desember 2013
TUJUH KEAJAIBAN DUNIA
... baca selengkapnya di Cerita Motivasi dan Inspirasi Nomor 1
TODAY IS A BIG DAY!
... baca selengkapnya di Cerita Motivasi dan Inspirasi Nomor 1
Rabu, 11 Desember 2013
THE GIRL WHO SILENCED THE WORLD FOR 5 MINUTES
... baca selengkapnya di Cerita Motivasi dan Inspirasi Nomor 1
Minggu, 08 Desember 2013
KISAH BATU PUALAM
... baca selengkapnya di Cerita Motivasi dan Inspirasi Nomor 1
TONGKAT PENUNTUN
... baca selengkapnya di Cerita Motivasi dan Inspirasi Nomor 1
Sabtu, 07 Desember 2013
GADIS KECIL DENGAN KOTAK EMAS
... baca selengkapnya di Cerita Motivasi dan Inspirasi Nomor 1
Jumat, 06 Desember 2013
SI KELINCI YANG PENAKUT
Manusia adalah mahluk sosial yang hidup saling bergantung satu sama lain. Walaupun ide hidup saling tolong menolong ini menyenangkan, namun sesungguhnya banyak konflik terjadi disana jika pengharapan kita tidak terpenuhi oleh lingkungan kita.
Setiap manusia mempunyai masalah. Masalah ini akan semakin besar kala kita mulai membandingkajn diri kita dengan hal yang jauh lebih besar.
Kita istimewa dan berhak mendapatkan kesuksesan apapun yang terjadi. Untuk itu mari kita simak ilustrasi cerita di bawah ini, agar kita tetap semangat menghadapi segala kemungkinan yang ada.
Sejak dulu kelinci dikenal sebagai hewan bernyali kecil. Mereka sering ketakutan tanpa sebab jelas. Seringkali mereka menyingkir sesegera mungkin jika keamanannya terancam.
Suatu hari nampaklah sekelompok kelinci tengah berkumpul di tepian sungai. Mereka berkeluh kesah meratapi nyali mereka yang kecil, mengeluh kehidupan mereka yang selalu dibayangi marabahaya. Semakin dalam mereka mengobrol, mereka pun semakin sedih d....
Cerita Motivasi dan Inspirasi Nomor 1
Cerita Motivasi dan Inspirasi Nomor 1
KEPITING MARAH
Beberapa tahun yang lalu, teman saya mengajak saya memancing Kepiting. Bagaimana cara memancing Kepiting?
Kami menggunakan sebatang bambu, mengikatkan tali ke batang bambu itu, di ujung lain tali itu kami mengikat sebuah batu kecil. Lalu kami mengayun bambu agar batu di ujung tali terayun menuju Kepiting yang kami incar, kami mengganggu Kepiting itu dengan batu, menyentak dan menyentak agar Kepiting itu marah, dan kalau itu berhasil maka Kepiting itu akan 'menggigit' tali atau batu itu dengan geram, capitnya akan mencengkeram batu atau tali dengan kuat sehingga kami leluasa mengangkat bambu dengan ujung tali berisi seekor Kepiting gemuk yang sedang marah.
Kami tinggal mengayun perlahan bambu agar ujung talinya menuju sebuah wajan besar yang sudah kami isi dengan air mendidih karena di bawah wajan itu ada sebuah kompor dengan api yang sedang menyala.
Kami celupkan Kepiting yang sedang murka itu ke dalam wajan tersebut, seketika Kepiting melepaskan gigitan-nya dan tubuhnya menjadi mer....
Cerita Motivasi dan Inspirasi Nomor 1
Cerita Motivasi dan Inspirasi Nomor 1
Selasa, 16 April 2013
Yesus—Mengapa Kehidupannya Memuaskan
APAKAH kehidupan Yesus memang memuaskan? Ia
dibesarkan dalam lingkungan yang sederhana, dan tidak punya banyak harta
materi sepanjang hidupnya. Malah, ia ”tidak mempunyai tempat untuk
meletakkan kepalanya”. (Lukas 9:57, 58) Lagi pula, Yesus dibenci, difitnah, dan akhirnya dibunuh oleh musuh-musuhnya.
Anda mungkin berpikir, ’Itu sih bukan
kehidupan yang menyenangkan!’ Namun, ada hal-hal dalam kehidupan Yesus
yang hendaknya kita renungkan. Mari kita bahas empat aspek kehidupannya.
1. YESUS MEMILIKI TUJUAN HIDUP —MELAKUKAN KEHENDAK ALLAH.
”Makananku adalah melakukan kehendak dia yang mengutus aku.”—Yohanes 4:34.
Melalui kata-kata dan tindakannya, Yesus berupaya memenuhi kehendak Bapak surgawinya, Yehuwa. *
Yesus mendapatkan kepuasan dalam melakukan kehendak Allah. Hal itu
malah ia sebut sebagai makanannya, sebagaimana terlihat dalam ayat yang
baru saja dikutip. Mari kita perhatikan latar ketika Yesus mengucapkan
kata-kata itu.
Yesus mengucapkan kata-kata itu pada siang hari. (Yohanes 4:6)
Ia baru saja berjalan melalui perbukitan Samaria sepanjang pagi, jadi
ia pasti merasa lapar. Murid-muridnya bahkan mendesak dia, ”Rabi,
makanlah.” (Yohanes 4:31)
Tanggapan Yesus menunjukkan bahwa melakukan kehendak Allah membuatnya
merasa sehat dan kuat. Bukankah hal itu menunjukkan bahwa ia memiliki
kehidupan yang memuaskan?
2. YESUS SANGAT MENGASIHI BAPAKNYA.
”Aku mengasihi Bapak.”—Yohanes 14:31.
Di surga, Yesus memiliki hubungan yang sangat
akrab dengan Bapaknya. Karena sangat mengasihi Allah, Yesus tergerak
untuk menceritakan banyak hal tentang Bapaknya —nama, tujuan, dan
sifat-sifat-Nya. Melalui kata-kata, tindakan, dan sikapnya, Yesus dengan
sempurna mencerminkan Bapaknya. Yesus bagaikan potret hidup dari Sang
Bapak. Itulah alasannya, sewaktu Filipus mengatakan kepada Yesus,
”Perlihatkanlah Bapak kepada kami”, Yesus menjawab, ”Ia yang telah
melihat aku telah melihat Bapak juga.” —Yohanes 14:8, 9.
Kasih Yesus kepada Bapaknya sedemikian besar sehingga ia bersedia taat bahkan sampai mati. (Filipi 2:7, 8; 1 Yohanes 5:3) Kasih itu membuat kehidupan Yesus benar-benar memuaskan.
3. YESUS MENGASIHI MANUSIA.
”Tidak seorang pun mempunyai kasih yang lebih besar daripada ini, bahwa seseorang menyerahkan jiwanya demi kepentingan sahabat-sahabatnya.”—Yohanes 15:13.
Sebagai manusia yang tidak sempurna, masa depan
kita suram. Alkitab mengatakan, ”Dosa masuk ke dalam dunia melalui satu
orang [Adam] dan kematian, melalui dosa, demikianlah kematian menyebar
kepada semua orang karena mereka semua telah berbuat dosa.” (Roma 5:12) Dengan upaya sendiri, kita tidak bisa terbebas dari konsekuensi dosa, yaitu kematian. —Roma 6:23.
Syukurlah, Yehuwa dengan pengasih menyediakan
solusinya. Ia mengizinkan Yesus, Putra-Nya yang sempurna dan tanpa dosa,
menderita dan mati agar menjadi tebusan yang dapat membebaskan manusia
dari perbudakan dosa dan kematian. Karena dimotivasi oleh kasih kepada
Bapaknya dan kepada manusia, Yesus rela menyerahkan kehidupan manusianya yang sempurna demi kepentingan kita. (Roma 5:6-8) Kasih yang rela berkorban seperti itu membuat kehidupan Yesus memuaskan. *
4. YESUS TAHU BAHWA BAPAKNYA MENGASIHI DAN MEMPERKENAN DIA.
”Inilah Putraku, yang kukasihi, kepadanyalah aku berkenan.”—Matius 3:17.
Yehuwa mengucapkan kata-kata itu dari surga saat
Yesus dibaptis. Dengan cara itu, Yehuwa secara terus terang menyatakan
kasih dan perkenan atas Putra-Nya, Yesus. Tidak heran, Yesus dapat
dengan yakin mengatakan, ”Bapak mengasihi aku”! (Yohanes 10:17) Berbekal keyakinan itu, Yesus berani menghadapi tentangan dan celaan. Ia bahkan bisa tegar menghadapi kematian. (Yohanes 10:18) Tidak diragukan, hal ini membuat kehidupan Yesus semakin memuaskan.
Yesus benar-benar menjalani kehidupan yang
memuaskan. Jelaslah, kita dapat belajar banyak dari Yesus tentang
bagaimana kita dapat meraih kehidupan yang memuaskan dan bermakna.
Artikel berikut akan membahas beberapa nasihat Yesus tentang caranya
menjalani kehidupan.
Sumber : www.jw.org
Selasa, 09 April 2013
”Saya Yakin Kehidupan Dirancang oleh Allah”
Brett Schenck adalah pensiunan konsultan
lingkungan di Amerika Serikat. Ia meneliti saling ketergantungan antara
tanaman, binatang, dan lingkungan. Mengapa ia percaya akan Pencipta? Sedarlah! mewawancarainya tentang sains dan imannya.
Apa latar belakang Anda?
Ayah saya seorang insinyur mesin. Ia sering
bercerita dengan antusias kepada saya soal matematika dan sains. Waktu
kecil, saya terkagum-kagum pada tanaman dan binatang di kali dan kolam
dekat rumah saya di New Paris, Ohio, AS. Jadi, waktu saya masuk ke
Purdue University, saya memilih jurusan ekologi.
Apakah dulu Anda tertarik pada agama?
Ya. Ayah menganjurkan saya belajar agama Lutheran.
Saya mempelajari bahasa Yunani Koine (sehari-hari), salah satu bahasa
yang mula-mula digunakan untuk menulis Alkitab. Saya jadi sangat
merespek Alkitab.
Bagaimana Anda memandang teori evolusi?
Gereja saya menerimanya. Kolega-kolega saya
memercayainya. Jadi saya tidak pernah meragukannya. Tapi saya juga
percaya kepada Allah. Saya kira dua kepercayaan ini bersesuaian. Meski
merespek Alkitab, saya tidak berpikir itu berasal dari Allah.
Mengapa pandangan Anda tentang Alkitab berubah?
Dua orang Saksi Yehuwa, Steve dan Sandy,
mengunjungi istri saya, Debbie, dan saya. Mereka menunjukkan pada kami
bahwa Alkitab, meski bukan buku pelajaran sains, akurat secara sains.
Misalnya, Alkitab berkata tentang Allah, ”Ada Pribadi yang tinggal di atas lingkaran bumi.” (Yesaya 40:22) Alkitab juga berkata, ”Ia . . . menggantung bumi pada ketiadaan.” (Ayub 26:7)
Waktu itu, saya menggunakan foto satelit untuk mempelajari ekologi,
jadi ayat-ayat itu membuat saya terkesan. Ayat-ayat itu ditulis lama
sebelum ada yang memotret bola bumi yang bergantung pada ketiadaan.
Seraya saya dan Istri belajar Alkitab bersama Steve dan Sandy, saya tahu
tentang berbagai nubuat yang
digenapi, nasihat yang berguna, dan penjelasan yang memuaskan.
Lama-kelamaan, saya jadi yakin bahwa Alkitab itu Firman Allah.
Kapan Anda berubah pikiran soal asal mula kehidupan?
Akhirnya, Steve menunjukkan pernyataan Alkitab yang jelas, ”Kemudian Allah Yehuwa membentuk manusia dari debu tanah.” (Kejadian 2:7)
Manusia pertama punya sejarah yang terdokumentasi. Ini menimbulkan
pertanyaan: Apakah Alkitab selaras dengan fakta-fakta sains? Steve
menganjurkan saya untuk meriset hal ini, jadi saya melakukannya.
Apa yang Anda pelajari tentang evolusi?
Banyak. Salah satunya, teori evolusi berupaya
menjelaskan asal mula spesies. Makhluk hidup terdiri dari beberapa organ
efisien, seperti jantung, paru-paru, dan mata. Juga, pada tingkat
mikroskopis, kita bisa melihat ’mesin’ yang dirancang dengan
menakjubkan, yang ada dalam sel. Dari mana rancangan untuk organ-organ
itu berasal? Para evolusionis mengklaim bahwa mekanisme yang paling baik
terseleksi secara otomatis karena makhluk hidup yang memilikinya bisa
bertahan hidup dengan lebih baik. Tapi gagasan itu tidak menjawab
pertanyaan: Dari mana mekanisme itu berasal? Saya tahu banyak ilmuwan
tidak percaya bahwa teori evolusi bisa menjawab pertanyaan itu. Seorang
profesor zoologi menceritakan bahwa ia tidak percaya satu pun teori
evolusi. Tapi, ia tidak mengutarakan pandangannya karena takut
kehilangan pekerjaan.
Apakah pengetahuan ekologi memperkuat iman Anda?
Ya. Pekerjaan saya mencakup mempelajari
bagaimana makhluk hidup saling bergantung. Di bumi, semua makhluk hidup
bergantung pada hal lain. Misalnya, perhatikan bunga dan lebah. Warna,
aroma, nektar, dan struktur bunga dirancang untuk memikat lebah dan
membuat serbuk sari menempel pada lebah. Lebah dirancang untuk
mengekstrak nektar dan membawa serbuk sari ke bunga lainnya untuk
penyerbukan. Jelaslah, bunga dan lebah dirancang untuk saling
menyediakan apa yang dibutuhkan.
’Kemampuan seluruh sistem kehidupan di bumi untuk memulihkan diri meyakinkan saya bahwa kehidupan dirancang oleh Allah’
Dalam sebuah ekosistem, kita melihat
kesalingtergantungan dalam skala besar. Ekosistem adalah lingkungan yang
memiliki komunitas dari barangkali ribuan jenis binatang, tanaman,
bakteri, dan fungi. Semua binatang bergantung pada tanaman untuk makanan
dan oksigen, dan kebanyakan tanaman-berbunga bergantung pada binatang.
Meski sangat kompleks dan berbagai organisme di dalamnya rapuh,
ekosistem bisa bertahan selama ribuan tahun. Bahkan setelah rusak karena
polusi, setelah sumber polusinya hilang, ekosistem yang kompleks bisa
segera berkembang lagi. Sewaktu saya memikirkan kemampuan seluruh sistem
kehidupan di bumi untuk memulihkan diri, saya yakin kehidupan dirancang
oleh Allah.
Mengapa Anda menjadi seorang Saksi Yehuwa?
Saya sangat prihatin melihat caranya masyarakat
manusia merusak lingkungan. Meski bisa memulihkan diri, ekosistem
bukannya tidak bisa dirusak. Saya belajar dari Saksi Yehuwa bahwa,
menurut Alkitab, Allah akan ”membinasakan orang-orang yang sedang
membinasakan bumi”. (Penyingkapan [Wahyu] 11:18)
Kata-kata itu sangat penting bagi saya. Seraya terus belajar Alkitab,
saya mulai menyadari bahwa harapan dalam Alkitab itu pasti.
Saya senang menceritakan kepercayaan saya kepada
orang lain, dan saya telah mengajarkan Alkitab kepada beberapa ilmuwan.
Pada usia 55, saya pensiun dini untuk menggunakan lebih banyak waktu
membantu orang-orang memahami Sang Pencipta kehidupan dan
maksud-tujuan-Nya bagi bumi kita yang luar biasa ini.
Sumber : www.jw.org
Kamis, 04 April 2013
Bagaimana Agar Kata-Kata yang Menyakitkan Tidak Sampai Terlontar
TANTANGANNYA
Tiap kali ada konflik, Anda dan teman hidup Anda
saling menumpahkan kritik. Kata-kata yang menyakitkan sudah biasa dalam
perkawinan kalian sehingga itu sekarang menjadi gaya komunikasi yang
”normal”.
Jika ini yang terjadi dalam perkawinan Anda, Anda bisa menghentikan
pola itu. Namun, pertama-tama, Anda perlu memikirkan penyebabnya dan
mengapa bermanfaat bagi Anda untuk membuat perubahan.
MENGAPA ITU TERJADI
Latar belakang keluarga. Banyak
suami dan istri dibesarkan dalam keluarga yang sering melontarkan
kata-kata yang menyakitkan. Salah satu teman hidup atau keduanya mungkin
mengulangi pola perkataan yang mereka dengar dari orang tua mereka.
Pengaruh hiburan. Film dan komedi
televisi membuat kata-kata yang kasar menjadi bahan lelucon, sehingga
penonton merasa bahwa itu tidak berbahaya—atau bahkan lucu.
Kebudayaan. Beberapa kalangan
masyarakat mengajarkan bahwa ”pria sejati” itu mendominasi atau bahwa
wanita perlu bersikap agresif agar tidak kelihatan lemah. Sewaktu ada
konflik, suami istri yang berpandangan seperti itu mungkin menganggap
teman hidupnya sebagai lawan bukan kawan, dan menggunakan kata-kata yang
menyakitkan bukan menyembuhkan.
Apa pun penyebabnya, kata-kata yang menyakitkan
bisa berujung pada perceraian serta menimbulkan sejumlah masalah
kesehatan. Ada yang bahkan mengatakan bahwa kata-kata bisa memukul lebih
keras daripada tinju. Misalnya, seorang istri yang dianiaya secara
verbal dan fisik oleh suaminya mengatakan, ”Bagi saya, hinaannya lebih
sulit ditanggung daripada pukulannya. Mendingan saya dipukul daripada
dihina.”
Apa yang bisa Anda lakukan apabila Anda dan teman hidup telah membiarkan kata-kata yang menyakitkan mengikis hubungan kalian?
YANG BISA ANDA LAKUKAN
Tunjukkan empati. Tempatkan
diri Anda pada posisi teman hidup Anda, dan cobalah pahami pengaruh
kata-kata Anda terhadap perasaannya. Jika mungkin, pikirkan situasi
tertentu ketika pasangan Anda merasa bahwa kata-kata Anda menyakitkan.
Jangan tersimpangkan oleh apa yang sebenarnya Anda katakan; masalahnya
adalah bagaimana perasaan teman hidup Anda soal apa yang Anda
ucapkan. Bisakah Anda memikirkan cara-cara untuk menggantikan kata-kata
yang menyakitkan dengan kata-kata yang baik hati? Alkitab berkata,
”Jawaban yang lemah lembut menjauhkan kemurkaan, tetapi perkataan yang
memedihkan hati menimbulkan kemarahan.” —Amsal 15:1.
Amati suami istri yang saling merespek. Jika
cara Anda berkomunikasi dipengaruhi oleh contoh yang negatif, carilah
contoh yang baik. Dengarkan suami istri yang pola perkataannya patut ditiru. —Prinsip Alkitab: Filipi 3:17.
Kobarkan kembali perasaan kalian. Kata-kata
yang menyakitkan sering kali terlontar karena masalah di hati, bukan di
mulut. Jadi, berupayalah memupuk pikiran dan perasaan positif tentang
teman hidup Anda. Kenang kembali hal-hal yang dulu kalian lakukan
bersama. Lihat foto-foto lama. Apa yang membuat kalian tertawa? Sifat
apa saja yang dulu membuat kalian saling tertarik? —Prinsip Alkitab: Lukas 6:45.
Gunakan pernyataan ”aku”. Daripada menyerang teman hidup Anda secara verbal, ungkapkan keprihatinan Anda dari sudut pandang perasaan Anda sendiri. Misalnya,
”Aku merasa diabaikan kalau kamu buat rencana tanpa berunding dulu sama
aku” lebih besar kemungkinannya untuk mendapat respons positif
ketimbang ”Kamu selalu begitu—bikin rencana tanpa berunding dulu!” —Prinsip Alkitab: Kolose 4:6.
Tahu saatnya berhenti. Jika
emosi mulai memuncak dan kata-kata mulai tidak terkendali, mungkin yang
terbaik adalah menunda pembicaraan. Biasanya, tidak ada salahnya pergi
menjauh dari perdebatan yang mulai memanas sampai pembicaraannya bisa
dilakukan dengan lebih tenang. —Prinsip Alkitab: Amsal 17:14.
Kata-kata yang menyakitkan sering kali terlontar karena masalah di hati, bukan di mulut
Kehidupan yang Memuaskan—Mungkinkah?
”Masa hidup kami hanya tujuh puluh tahun, kalau
kami kuat, delapan puluh tahun. Tetapi hanya kesukaran dan penderitaan
yang kami dapat.” —Mazmur 90:10, Bahasa Indonesia Masa Kini.
BETAPA benarnya kata-kata itu! Kehidupan ini sarat
dengan ”kesukaran dan penderitaan”. Anda barangkali ingin tahu, ’Apakah
kehidupan yang memuaskan mungkin diraih?’
Misalnya, perhatikan Maria. Semasa muda, ia sangat
aktif, namun sekarang di usia 84, ia bahkan tidak dapat keluar rumah
sendirian. Ia belum pikun, tetapi tubuhnya sudah lemah. Dengan keadaan
seperti itu, bagaimana mungkin ia merasa bahwa kehidupannya memuaskan?
Bagaimana dengan Anda? Anda mungkin pernah bertanya-tanya apakah hidup Anda memuaskan.
Pekerjaan Anda barangkali monoton, melelahkan, dan membosankan. Upaya
atau kerja keras Anda mungkin tidak dihargai. Atau, sekalipun Anda bisa
dibilang sukses, Anda merasa tidak memiliki jaminan masa depan. Ada juga
saat-saat ketika Anda merasa kesepian atau tertekan. Keluarga Anda bisa
jadi dirundung pertengkaran dan percekcokan. Seseorang yang Anda
sayangi mungkin meninggal. Seorang pria bernama Andre sangat dekat
dengan ayahnya, namun ayahnya mendadak jatuh sakit lalu meninggal. Andre
merasa sangat terpukul, dan hal itu menyisakan rasa hampa yang
mendalam.
Tidak soal masalah yang kita alami, kita semua
bertanya-tanya, ’Apakah kehidupan yang memuaskan itu mungkin?’ Kita bisa
mengetahui jawabannya dengan memerhatikan kehidupan seorang pria yang
hidup sekitar 2.000 tahun yang lalu —Yesus Kristus. Meski menghadapi
banyak tantangan, kehidupan Yesus sangat memuaskan. Kehidupan kita pun
bisa memuaskan jika kita mengikuti teladannya.
Sumber : www.jw.org
Rabu, 27 Maret 2013
Rusa Moose—Raksasa Unik dari Hutan
”RUSA moose itu paling aneh sendiri dan jelek.
Kenapa pundaknya begitu tinggi? Kenapa kepalanya lonjong sekali?” Henry
David Thoreau, yang menulis kata-kata tersebut pada abad ke-19, bukan
satu-satunya orang yang memberikan penilaian seperti itu tentang rusa
moose. Karena makhluk penyendiri ini jarang terlihat di alam liar dan
penampilannya kocak, banyak yang menduga moose itu lamban dan dungu.
Benarkah? Para periset di Amerika Utara dan Eurasia telah menemukan
banyak fakta tentang binatang yang khas ini.
Tidak seorang pun membantah bahwa moose itu
binatang raksasa. Meski ”penguasa hutan” ini memiliki kaki-kaki panjang
yang membuatnya tampak canggung, kaki-kaki itu justru bisa menghalau
sekawanan serigala. Moose belajar berenang dalam beberapa hari setelah
lahir, dan diamati bisa berenang berkilo-kilometer serta menyelam hingga
sekitar enam meter untuk mencari tanaman air!
Seekor moose dapat menggerakkan matanya dan
mendeteksi gerakan hampir ke segala arah tanpa perlu menoleh. Hidungnya
juga merupakan alat yang efektif. Para periset menduga bahwa karena
lubang hidung moose terpisah jauh, itu memberinya kesanggupan yang unik
untuk menentukan lokasi berbagai objek dalam skala tiga dimensi.
Pendengaran moose pun merupakan bagian dari paket sensornya. Telinganya
bisa digerakkan ke segala arah, dan dapat menangkap suara-suara dari
moose lainnya sejauh tiga kilometer!
Anak moose,
yang dilukiskan ”menggemaskan sekali” oleh seorang penulis, biasanya
suka ingin tahu dan bandel. Induk mereka melindungi anak-anaknya dengan
memberikan perawatan yang lembut dan setia. Induk moose akan menyerang
apa saja yang mengincar anaknya yang masih kecil, termasuk serigala,
beruang, dan bahkan manusia. Akhirnya, ketika anak moose berusia
kira-kira satu tahun dan induknya mulai bunting lagi, si induk dengan
agresif mengusirnya supaya si anak bisa mandiri.
BERTAHAN HIDUP DI UTARA
Karena moose hanya memakan tanaman, bagaimana
mereka bisa bertahan hidup pada musim dingin yang beku? Antara lain
dengan makan sebanyak-banyaknya selama musim yang lebih hangat. Moose
menyantap hingga 23 kilogram pakan setiap hari, entah tumbuhan yang
setinggi tiga meter atau yang di bawah air. Mereka memanfaatkan
sepenuhnya makanan ini dengan mencernanya dalam empat ruang di perutnya,
menyerap gizi yang diperlukan dan menimbun lemak. Tetapi, moose
menghadapi bahaya lain pada musim dingin.
Dingin yang menggigit dan salju yang tebal menguji
ketahanan moose. Ia menyukai hidup yang tenang pada musim dingin,
bergerak sesedikit mungkin serta mempertahankan panas tubuh di bawah
bulunya yang tebal. Tidak mudah bagi moose untuk selamat dari serigala
pada saat salju, tetapi sering kali, bahaya yang lebih besar justru
adalah manusia —khususnya pemburu dan pengendara mobil.
Moose doyan kandungan nutrisi yang terdapat pada
garam yang ditabur di jalan-jalan raya di daerah utara untuk melelehkan
salju. Namun, karena bulu moose berwarna gelap dan ia biasa menyeberang
jalan setelah senja, para pengemudi sulit melihatnya untuk menghindari
tabrakan. Akibatnya, manusia maupun moose bisa tewas.
BINATANG YANG JENAKA
Moose diamati suka bermain-main dengan ombak di
laut dan asyik berendam dalam mata air panas. Pada musim kawin, moose
betina dan jantan terlihat memadu kasih, dan kesetiaan induk moose
terhadap anaknya benar-benar menyentuh hati. Anak moose yang dipelihara
manusia bisa membentuk ikatan ibu-anak. Dr. Valerius Geist mengamati,
”Binatang yang aneh dengan wajah yang tidak sedap dipandang ini bisa
gesit, penuh kasih sayang, dan amat setia.”
Namun sebagai peringatan: Moose adalah satwa
liar yang sangat kuat dan perkasa. Kalau Anda kebetulan melihatnya di
alam liar, tunjukkanlah respek dan jangan dekat-dekat dengannya. Itu
sangat penting khususnya sewaktu ia bersama anak-anaknya. Tetapi, dari
jarak yang aman pun Anda bakal kagum melihat raksasa unik dari hutan ini
sedang merumput.
Sumber : www.jw.org
Senin, 18 Maret 2013
Sudah Siapkah Aku Berpacaran?
Apa berpacaran itu?
- Kamu sering jalan dengan seorang lawan jenis. Apakah kamu berpacaran?
- Kamu dan seorang lawan jenis saling tertarik. Beberapa kali sehari, kamu ber-SMS atau mengobrol dengannya lewat telepon. Apakah kamu berpacaran?
- Setiap kali kumpul dengan teman-teman, kamu sering bersama dengan lawan jenis yang itu-itu juga. Apakah kamu berpacaran?
Kemungkinan besar, kamu tidak kesulitan
menjawab pertanyaan yang pertama. Tetapi, kamu mungkin perlu berpikir
dulu sebelum menjawab pertanyaan kedua dan ketiga. Apa tepatnya berpacaran itu?
Sebenarnya, berpacaran adalah kegiatan
antarteman apa pun di mana minat romantismu terfokus pada satu orang dan
minat orang itu terfokus padamu.
Jadi, jawaban untuk ketiga pertanyaan di atas adalah ya. Entah
lewat telepon atau bertemu langsung, terang-terangan atau diam-diam,
jika kamu dan teman lawan jenis saling memiliki perasaan romantis dan
rutin berkomunikasi, itu berpacaran.
Apa tujuan berpacaran?
Berpacaran hendaknya punya tujuan yang
terhormat—membantu pria dan wanita muda menentukan apakah mereka ingin
menikahi satu sama lain.
Memang, sebagian temanmu mungkin tidak
menganggap berpacaran itu serius. Barangkali mereka hanya suka punya
teman lawan jenis yang spesial, tanpa berniat menikah. Ada yang mungkin
bahkan menganggap teman seperti itu hanya sebagai piala atau aksesori
untuk dilihat orang demi menaikkan harga diri mereka.
Tetapi, hubungan yang dangkal seperti itu sering
kali hanya seumur jagung. ”Banyak anak muda berpacaran satu atau dua
minggu saja lalu putus,” kata gadis bernama Heather. ”Mereka menganggap
hubungan seperti itu sementara saja—boleh dibilang mempersiapkan mereka
untuk bercerai, bukannya untuk menikah.”
Jelaslah, sewaktu kamu berpacaran dengan seseorang, kamu memengaruhi perasaan orang itu. Jadi, pastikan niatmu terhormat.—Lukas 6:31.
Pikirkan: Apakah kamu mau ada orang yang
mempermainkan perasaanmu seolah-olah itu mainan anak-anak—dipegang
sebentar lalu tak lama kemudian ditinggal begitu saja? Kalau begitu,
jangan lakukan itu kepada orang lain! Alkitab berkata bahwa kasih ”tidak
berlaku tidak sopan”.—1 Korintus 13:4, 5.
Anak muda bernama Chelsea berujar, ”Kadang aku
pikir pacaran itu hanya untuk main-main, tapi kalau satu pihak kemudian
menganggapnya serius, itu bukan main-main lagi namanya.”
Tips: Guna mempersiapkan diri untuk berpacaran dan menikah, baca 2 Petrus 1:5-7
dan pilih satu sifat yang perlu kamu upayakan. Dalam sebulan, lihat
berapa banyak kamu belajar tentang—dan mengembangkan—sifat itu.
Apa aku sudah cukup umur untuk berpacaran?
- Menurutmu, berapa usia yang cocok bagi seorang anak muda untuk mulai berpacaran?
- Sekarang, ajukan pertanyaan itu kepada ayah atau ibumu.
Kemungkinan, jawabanmu berbeda dengan orang
tuamu. Atau, barangkali tidak! Kamu mungkin termasuk di antara banyak
anak muda yang dengan bijaksana menunda berpacaran sampai cukup dewasa
untuk mengenal diri sendiri dengan lebih baik.
Itulah yang diputuskan Danielle, 17 tahun. Ia
berkata, ”Kalau aku ingat dua tahun yang lalu, apa yang aku anggap
syarat penting untuk calon suami kini menjadi sangat berbeda.
Sebenarnya, sekarang pun aku tidak yakin pada diriku sendiri. Kalau aku
sudah merasa kepribadianku stabil selama beberapa tahun, baru aku akan
memikirkan soal berpacaran.”
Ada alasan lain mengapa menunda itu bijaksana.
Alkitab menggunakan frasa ”mekarnya masa remaja” untuk menggambarkan
periode kehidupan ketika dorongan seksual dan perasaan romantis mulai
menguat. (1 Korintus 7:36)
Terus bergaul akrab dengan satu lawan jenis saat kamu masih dalam fase
ini bisa mengobarkan hasratmu dan berujung pada perbuatan salah.
Memang, itu mungkin sepele bagi teman-temanmu.
Banyak di antara mereka mungkin tidak sabar untuk bereksperimen dengan
seks. Tetapi, kamu bisa —kamu mesti— punya cara berpikir yang lebih baik! (Roma 12:2) Lagi pula, Alkitab mendesakmu untuk ’lari dari percabulan’. (1 Korintus 6:18) Dengan menunggu sampai melewati mekarnya masa remaja, kamu dapat ’menjauhkan malapetaka’.—Pengkhotbah 11:10.
Mengapa menunda berpacaran?
Ditekan untuk berpacaran padahal kamu belum siap
sama seperti dipaksa ikut ujian akhir suatu mata pelajaran yang belum
kamu pelajari. Jelas, itu tidak adil! Kamu perlu waktu untuk mempelajari
mata pelajaran itu agar terbiasa dengan jenis-jenis soal yang akan
keluar di ujian.
Begitu juga dengan berpacaran.
Berpacaran bukan soal sepele. Jadi, sebelum kamu
siap untuk berfokus pada seseorang, kamu perlu waktu untuk mempelajari
”mata pelajaran” yang sangat penting—cara menjalin persahabatan.
Di kemudian hari, sewaktu bertemu orang yang
tepat, kamu sudah lebih siap untuk menjalin hubungan yang solid. Lagi
pula, pernikahan yang sukses adalah ikatan dari dua sahabat.
Menunda berpacaran tidak akan mengurangi kebebasanmu. Sebaliknya, itu akan memberimu lebih banyak kebebasan untuk ’bersukacita pada masa mudamu’. (Pengkhotbah 11:9)
Dan, kamu juga akan punya waktu untuk mempersiapkan diri dengan
mengembangkan kepribadianmu dan, yang terpenting, kerohanianmu.—Ratapan 3:27.
Sementara itu, kamu bisa menikmati
pergaulan dengan lawan jenis. Apa cara yang terbaik? Bergaullah dalam
kelompok, laki-laki dan perempuan, dengan pengawasan yang baik. Gadis
bernama Tammy mengatakan, ”Menurutku lebih asyik begini. Lebih enak
kalau kita punya banyak teman.” Monica sependapat. ”Bergaul bersama-sama
adalah ide yang bagus,” ujarnya, ”karena kita bisa bergaul dengan
orang-orang yang punya beragam kepribadian.”
Sebaliknya, jika kamu terlalu dini berfokus pada
satu orang, kamu lebih berisiko sakit hati. Jadi, jangan terburu-buru.
Gunakan masa mudamu untuk belajar caranya memupuk dan mempertahankan
persahabatan. Kelak, jika memutuskan untuk berpacaran, kamu sudah lebih
mengenal dirimu dan apa yang kamu butuhkan dari seorang teman seumur
hidup.
Sumber : www.jw.org
Selasa, 12 Maret 2013
Bagaimana Menjadi Ayah yang Baik
”Apa yang salah?” Pertanyaan ini menyiksa Michael, *
dari Afrika Selatan. Ia sudah berusaha keras menjadi ayah yang baik,
tetapi setiap kali memikirkan putranya yang sulit diatur yang berusia
19 tahun, ia ragu apakah ia sudah menjadi orang tua yang lebih baik.
Kontrasnya, Terry, yang tinggal di Spanyol,
tampaknya sukses sebagai seorang ayah. Putranya, Andrew, berkata, ”Saya
punya banyak kenangan tentang Papa yang suka membaca untuk saya, bermain
bersama saya, mengajak saya jalan-jalan berdua saja. Papa mengajar saya
caranya bersenang-senang.”
Memang, tidaklah mudah menjadi ayah yang baik.
Tetapi, ada prinsip-prinsip dasar yang bisa membantu. Banyak ayah merasa
bahwa mereka dan keluarga mereka memperoleh manfaat sewaktu mereka
mengikuti hikmat dalam Alkitab. Mari kita perhatikan beberapa nasihat
praktis dari Alkitab yang bisa membantu para ayah.
1. Sediakan Waktu untuk Keluarga Anda
Sebagai ayah, bagaimana Anda menunjukkan kepada
anak-anak Anda bahwa mereka penting bagi Anda? Pastilah ada banyak yang
Anda lakukan demi anak-anak Anda, termasuk pengorbanan yang Anda buat
untuk menafkahi mereka dan menyediakan tempat tinggal yang layak bagi
mereka. Anda tidak bakal melakukan hal-hal itu jika mereka tidak penting
bagi Anda. Namun, bila Anda tidak meluangkan cukup waktu bagi anak-anak
Anda, mereka bisa menyimpulkan bahwa Anda lebih peduli pada hal-hal
lain, seperti pekerjaan, teman, atau hobi Anda, ketimbang pada mereka.
Kapan sebaiknya seorang ayah mulai menyediakan
waktu untuk anak-anaknya? Seorang ibu mulai membentuk ikatan dengan
anaknya sewaktu sang anak masih dalam kandungan. Kira-kira 16 minggu
setelah pembuahan, bayi yang belum lahir mungkin sudah mulai mendengar.
Pada tahap ini, seorang ayah juga bisa mulai membangun hubungan yang
unik dengan anaknya yang belum lahir. Ia bisa mendengar degup jantung
sang bayi, merasakan tendangannya, berbicara padanya, dan bernyanyi
untuknya.
Prinsip Alkitab: Pada zaman
Alkitab, pria-pria terlibat secara pribadi dalam pendidikan anak-anak
mereka. Para ayah didesak untuk menggunakan waktu bersama anak-anak
secara teratur, sebagaimana jelas dari kata-kata Alkitab dalam Ulangan 6:6, 7, yang berbunyi, ”Perkataan
ini yang kuperintahkan kepadamu hari ini harus ada di dalam hatimu; dan
engkau harus menanamkan semua itu dalam diri putramu dan
membicarakannya apabila engkau duduk di rumahmu dan apabila engkau
sedang dalam perjalanan dan apabila engkau berbaring dan apabila engkau
bangun.”
2. Ayah yang Baik Adalah Komunikator yang Baik
Agar dapat efektif berkomunikasi dengan
anak-anak Anda, Anda mesti menjadi pendengar yang penuh perhatian. Anda
perlu memupuk kesanggupan untuk mendengar tanpa bereaksi berlebihan.
Jika anak-anak Anda merasa bahwa Anda gampang
marah dan cepat menghakimi, mereka akan enggan mengungkapkan isi hati
mereka kepada Anda. Tetapi, jika Anda mendengarkan mereka dengan tenang,
Anda akan menunjukkan bahwa Anda punya minat yang tulus pada mereka.
Sebagai balasan, mereka akan lebih bersedia untuk menceritakan pikiran
dan perasaan mereka yang berharga kepada Anda.
Prinsip Alkitab: Hikmat praktis dalam Alkitab telah terbukti berfaedah dalam banyak aspek kehidupan sehari-hari. Misalnya, Alkitab berkata, ”Setiap orang harus cepat mendengar, lambat berbicara, lambat murka.” (Yakobus 1:19) Para ayah yang menerapkan prinsip Alkitab ini sanggup berkomunikasi secara lebih baik dengan anak-anak mereka.
3. Berikan Disiplin dan Pujian yang Pengasih
Bahkan jika Anda merasa frustrasi atau marah,
disiplin yang Anda jalankan hendaknya merupakan pernyataan kepedulian
yang pengasih demi kesejahteraan jangka panjang anak Anda. Itu mencakup
nasihat, koreksi, didikan, dan hukuman jika diperlukan.
Selain itu, disiplin lebih efektif jika sang
ayah selalu memuji anak-anaknya. Sebuah peribahasa kuno berkata,
”Bagaikan apel emas dalam pahatan perak, begitulah perkataan yang
diucapkan pada waktu yang tepat.” (Amsal 25:11)
Pujian membantu anak-anak mengembangkan sifat-sifat yang baik.
Anak-anak bertumbuh sejahtera jika mereka diakui dan dihargai. Ayah yang
mencari kesempatan untuk memberikan pujian akan turut membangun
kepercayaan diri anak-anaknya dan memotivasi mereka untuk tidak menyerah
dalam upaya melakukan apa yang benar.
Prinsip Alkitab: ”Hai, bapak-bapak, janganlah membuat anak-anakmu kesal, agar mereka tidak patah semangat.” —Kolose 3:21.
4. Kasihi dan Respeklah Istri Anda
Cara seorang ayah menjalankan perannya sebagai
suami tentu memengaruhi anak-anak. Sekelompok pakar perkembangan anak
menjelaskan, ”Salah satu hal terbaik yang bisa dilakukan seorang ayah
bagi anak-anaknya adalah merespek ibu mereka. . . . Ayah dan ibu yang
saling merespek dan menunjukkannya kepada anak-anak mereka menyediakan
lingkungan yang aman bagi anak-anak.” —The Importance of Fathers in the Healthy Development of Children. *
Prinsip Alkitab: ”Suami-suami, teruslah kasihi istrimu . . . Hendaklah kamu masing-masing secara perorangan juga mengasihi istrinya seperti dirinya sendiri.” —Efesus 5:25, 33.
5. Terapkan Hikmat Allah yang Praktis
Para ayah yang dengan tulus mengasihi Allah dapat memberi anak-anak mereka warisan yang paling berharga —hubungan yang akrab dengan Bapak surgawi mereka.
Setelah puluhan tahun bekerja keras membesarkan
enam anak, Antonio, seorang Saksi Yehuwa, menerima catatan berikut dari
salah seorang putrinya, ”Papa tersayang, aku cuma ingin berterima kasih
sama Papa karena sudah membesarkanku untuk mengasihi Allah Yehuwa,
sesama, dan diri sendiri —menjadi orang yang seimbang. Aku bisa
rasakan kalau Papa mengasihi Yehuwa dan Papa peduli padaku. Terima kasih
ya, Pa, karena Papa telah menomorsatukan Yehuwa dalam kehidupan dan
telah memperlakukan anak-anak Papa sebagai karunia dari Allah!”
Prinsip Alkitab: ”Engkau
harus mengasihi Yehuwa, Allahmu, dengan segenap hatimu dan segenap
jiwamu dan segenap tenaga hidupmu. Dan perkataan ini yang kuperintahkan
kepadamu hari ini harus ada di dalam hatimu.” —Ulangan 6:5, 6.
Selain lima poin tadi, jelas ada banyak hal yang
tersangkut untuk menjadi seorang ayah yang baik; dan patut diakui bahwa
sekalipun Anda berupaya keras menjadi ayah yang baik, Anda tidak bisa
menjadi ayah yang sempurna. Tetapi, bila Anda berupaya menerapkan
prinsip-prinsip ini dengan cara yang pengasih dan seimbang, Anda
sesungguhnya bisa menjadi ayah yang baik. *
Langganan:
Komentar (Atom)