Kamis, 15 April 2010

KOPI LANANG, KOPI WEDOK

Empat bulan yang lalu sejak aku mulai bersepeda ke tempat kerja jika pulang malam aku selalu sempatkan mampir ke warung untuk makan malam, dan warung yang aku pilih tentunya warung kopi yang sekaligus juga jual nasi. Kenapa aku pilih warung kopi? Ya tentu harganya jauh lebih murah, trus di warung kopi kita bisa dapat info-info baru entah dari tukang becak, tukang parkir, anak nongkrong, dsb. Kebetulan aku juga mau mencari informasi tentang keberadaan teman-teman SD ku dulu, soalnya aku masih ingat dulu ada yang tinggal di komplek perumahan dekat warung kopi itu. Mungkin dengan mendapatkan informasi salah satu saja dari temanku aku bisa menjalin lagi hubungan pertemanan dengan semua temanku yang sempat putus setelah aku lulus SD.
Bayangkan sobat 16 tahun! Tak terasa sudah begitu lamanya aku tidak mengetahui kabar mereka. Sampai aku membayangkan bagaimana ya wajah mereka? Apakah sudah jauh berubah atau masih bisa aku kenali jejak-jejaknya?

Hari itu pertama kali aku mampir di warung kopi itu. Seperti biasa aku mulai beramah tamah dengan pemilik warung itu.

“Tinggal di sekitar sini bu?” tanyaku.

“Iya mas…” sahut si ibu warung.

Kemudian sebentar kami pun sudah mulai akrab. Setelah basa basi aku mulai cerita kalau aku dulu pernah punya teman tinggal di sekitar sini namanya… sialan ternyata aku lupa nama temanku! Akhirnya aku berikan sedikit petunjuk,

“Dia dulu teman saya di SD BURENGAN VI…” jawabku.

Dan ibu itu pun mulai menanyakan ciri-cirinya dan alhasil aku mulai ingat kalau namanya Dwi. Wah…sungguh senang rasanya…trus aku pun mulai menanyakan temanku yang satunya lagi, sebab ada 2 yang tinggal satu komplek dan ternyata sobat…..dia adalah anak dari ibu warung itu! Namanya Rohadi, dan ibu itu bernama bu Joko. Dari situ kami pun jadi semakin akrab. Aku mulai menceritakan perjalanan hidupku mulai dari lulus SD sampai merantau di Surabaya, dan akhirnya aku kembali lagi ke kotaku. Dan bu Joko pun juga menceritakan sedikit dari perjalanan hidup kedua temanku itu.

Dari hasil perbincangan itu aku mulai mendapatkan beberapa info tentang kedua temanku itu, lebih tepatnya sahabat karena dulu kita memang bersahabat, sampai selama-lamanya... Karena malam sudah semakin larut, akhirnya aku memutuskan untuk pamit.

Hari kedua aku bersepeda, kebetulan aku pulang malam lagi. Aku pun sempatkan mampir di warung itu, karena dari perbincangan kami kemarin aku mendapatkan info kalau temanku Rohadi hari itu sedang libur kerja dan Dwi setelah pulang kerja sering nongkrong di warung itu. Ya…. Rohadi seorang atlit renang di SD kami, SD BURENGAN VI! Sekolah itu sungguh menyisakan banyak sekali cerita, namun sekarang sekolah itu sudah dibungkus angin (dihapus/ditutup) jadi hanya tinggal kenangan saja seperti SD MUHAMMADIYAH di film LASKAR PELANGI… yah…. karena kekurangan murid sekolah itu pun akhirnya di tutup juga…

Dulu jika pas ada lomba renang di tingkat kotamadya Rohadi ini selalu jadi pahlawan kami di sekolah karena dia memang jago banget renangnya, namun sekarang sejak ayahnya meninggal dia harus membanting tulang kerja apa saja untuk mencukupi kehidupan keluarganya, ibu dan adik-adiknya. Hari itu saya asik menikmati masakan, nasi pecel tumpang. Tiba-tiba ada seorang pelanggan bu Joko pesan minuman.

"Bu Jok...aku pesen kopi lanang..."
"Aku juga bu Jok...aku pesen kopi wedok saja..."

Sejenak aku langsung berpikir, "Wah...hebat ada menu yang menarik di warung ini..." Trus sambil melihat-lihat di spanduk yang terbentang di depan warung sebagai penutup, terlihat sangat jelas dari dalam warung tulisan beberapa menu masakan dan minuman yang disajikan oleh bu Joko. Kulihat berkali-kali mana nih menu kopi lanang dan kopi wedok? Kok ga ada? Setelah selesai makan aku pun tanya ke bu Joko.
"Bu... kopi lanang dan kopi wedok itu minuman kopi yang gimana ya?" tanyaku
"Oalah....itu lho mas...kopi lanang itu kopi hitam (kopi murni), kalau kopi wedok itu kopi susu..." jawab bu Joko sambil tertawa
Aku pun jadi senyum-senyum sendiri hehe...kreatif juga orang-orang ini....yah....itulah yang aku suka kalau kita makan di warung kopi banyak hal-hal yang tidak diduga hehe... Aku terkadang berpikir sebenarnya orang-orang ini adalah orang-orang yang kreatif hanya sayangnya kreatifitas mereka tidak tersalurkan dengan benar atau...mereka yang kurang tahu bagaimana menyalurkan kreatifitas mereka.

Akhirnya aku pun ketemu dengan sahabatku Rohadi dan Dwi, kebetulan mereka datang hampir bersamaan. Kemudian kita pun cerita sana cerita sini mengenang masa lalu dan ketawa bersama, menertawakan kekonyolan waktu masih kecil dulu. Sampai pada akhirnya kami menceritakan perjalanan hidup kami masing-masing selama kami berpisah. Yah....Rohadi sekarang sudah menikah dan punya 1 orang anak, dia kerja di lapangan futsal sebagai penjaga. Dwi, dia belum menikah, nasib dia dan aku pun hampir sama pernah merantau ke luar kota sampai pada akhirnya kembali lagi ke kampung halaman. Rata-rata nasib kami hampir sama sejak di tinggal oleh orang tua. Kita bekerja menghidupi diri kita sendiri dan keluarga, itu lah yang dialami Dwi dan Rohadi setelah ayah mereka meninggal Rohadi bekerja apa saja untuk mencukupi kebutuhan adik-adiknya yang waktu itu masih sekolah semua, begitu pun Dwi. Namun Rohadi sedikit berbeda, dia lebih berani melangkahkan kaki lebih dulu dari pada kami berdua yaitu melanjutkan kejenjang pernikahan. Ada lagi teman kami yang sekarang ternyata sudah mengalami kawin cerai seperti layaknya seorang artis. Ada juga yang merantau di Batam, ada yang masuk bui karena melanggar hukum, ada yang jadi bencong jalanan dan ada yang sekarang sudah hidup makmur menjadi pelatih atlit tim basket ternama di kota kami.

Namun dari semuanya itu tak jauh dari apa yang dituturkan orang-orang di warung itu yaitu hidup ini seperti kopi lanang dan kopi wedok.... Hidup itu penuh dengan liku-liku pahit dan manis... dengan berani melangkah berarti kita sudah selangkah lebih maju untuk menghadapi kehidupan, karena jika kita tidak berani melangkah berarti sama saja kita tidak berani hidup, dan lebih parahnya lagi tidak berani mempertanggung jawabkan segala langkah dan perbuatan kita di hadapan Allah. Pertemuan dengan kedua sahabatku ini telah memberikan banyak pelajaran berarti bagiku untuk lebih baik dari sebelumnya.

Terima kasih ya Allah engkau telah mempertemukan aku dengan sahabat-sahabatku, terima kasih pula untuk kalian berdua kawan karena kalian telah memberikan pelajaran yang sangat berharga.

4 komentar:

  1. silaturahim itu memperpanjang umur lho Pon....

    btw, aku kok kangen sama pecel tumpang yaaa

    BalasHapus
  2. Wah bener juga sa...silahturahim memang bisa memperpanjang umur, tapi sayangnya kamu kapan bisa silahturahim ke temanmu yang satu ini?

    BalasHapus
  3. Pertanyaannya dibalik aja...
    Kapan Poni silaturahim ke surabaya? kan kalo di surabaya bisa ketemu banyak teman, aku...Linda... Ika... mungkin juga Elsa

    BalasHapus
  4. hahaha... pinter juga kamu mey... tp sayangnya blm bisa tinggalin kerjaan neh buat liburan kesana, sebenernya kangen juga ma temen2... tp apa daya masih "babu" sie... wkwkwkk eh... ngomong2 klo liburan ke surabaya tuh g asik, sekalian aja klo liburan ke tempat yg sejuk sewa villa jd bisa bener2 fresh liburannya... gmn???

    BalasHapus