Jumat, 11 Juni 2010

KALAU PENDERITAAN BERTUBI-TUBI PILIH MERATAPI NASIB ATAU BANGKIT?

Bagaimana kalau dalam hidup kita sering mengalami cobaan dan kesusahan bertubi-tubi seolah-olah langit akan runtuh?

Saya pernah mengalaminya. Pada usia 14 tahun ayah saya meninggal, terpaksa saya harus sekolah sambil bekerja untuk meringankan biaya hidup keluarga. Di usia 17 tahun ibu saya meninggal, di usia 17 tahun pula saya mengalami kelumpuhan dan usaha saya yang telah saya rintis selama 3 tahun terpaksa harus berhenti. Walaupun awalnya terpuruk saya segera bangkit. Terus sekolah lagi dan mulai usaha lagi sampai saya lulus.


Lagipula apa yang saya alami belum seberapa lihatlah apa yang terjadi pada Abraham Lincoln salah satu Presiden terbesar AMerika Serikat. Abraham Lincoln, tahun 1831 dia mengalami kebangkrutan dalam usahanya. Tapi ia pantang menyerah. Ia tetap memiliki keteguhan hati dan ketabahan.

Tahun 1832 ia mengikuti pemilihan tingkat lokal tapi ia menderita kekalahan dalam pemilihan itu.

Setelah bisnisnya sempat bangkrut ia memulai lagi bisnisnya tapi pada tahun 1833 ia kembali bangkrut. Seperti penderitaannya belum cukup tahun 1835 istrinya meninggal dunia. Sebenarnya Abraham Lincoln bisa saja memilih untuk meratapi nasib dan mengasihani diri sendiri sambil memaki-maki dan memprotes Tuhan atau kapok berbisnis. Tapi ia memilih untuk memulai kembali bisnisnya, walaupun kemudian bangkrut lagi.

Tahun 1836 dia menderita tekanan mental yang sangat berat dan hampir saja masuk rumah sakit jiwa. Tahun 1837, dia kalah dalam suatu kontes pidato.

Walaupun pernah gagal dalam pemilihan tingkat lokal, Abraham Lincoln tidak kapok ia tetap percaya diri ikut pemilihan. Kali ini pemilihan anggota Senat AS tahun 1840, ternyata ia gagal dalam pemilihan itu.

Tiada kata jera dalam perjuangan. Pada tahun 1842 ia mengikuti pemilihan untuk duduk dalam Kongres AS tapi ia menderita kekalahan lagi. Tidak kapok, ia ikut lagi dalam pemilihan anggota Kongres AS tahun 1848 dan ia kalah lagi.

Minatnya menjadi Senator belum hilang, pada tahun 1855, ia ikut lagi dalam pemilihan anggota Senat dan lagi-lagi gagal.

Setelah gagal jadi Senator Abraham Lincoln mencoba peruntungan lain. Tahun 1856 ia mencoba untuk menjadi wakil presiden dan kalah lagi.

Gagal jadi Wakil Presiden ia coba kembali ke minat sebelumnya yaitu menjadi senator. Tahun 1858 ia kalah lagi dalam pemilihan anggota senat.

Setelah berkali-kali gagal pada tahun 1860 akhirnya dia menjadi presiden Amerika Serikat. Bahkan salah satu Presiden terbesar Amerika karena ialah yang menghapuskan perbudakan.

Sebenarnya Abraham Lincoln bisa saja memilih untuk meratapi nasib dan mengasihani diri sendiri sambil memaki-maki dan memprotes Tuhan, kapok berbisnis dan kapok ikut pemilihan. Tetapi tidak! Ia memilih bangkit dari kesedihan, penderitaan, dan kegagalan untuk menjadi orang besar yang tercatat dengan tinta emas dalam sejarah. Memang bukan orang biasa tapi orang besarlah yang bisa bangkit dari berbagai kesedihan, penderitaan dan kegagalan. Sekarang terserah kepada kita mau memilih menjadi orang biasa atau memilih menjadi orang besar?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar